Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 3 Part 1, Cek juga daftar lengkap sinopsisnya eksklusif di goresan pena yang ini. Jika Kalian ingin lihat Episode sebelumnya baca di sini.
Do San nyaris berjumpa Dal Mi!!! Kalau saja Ji Pyeong tidak tiba-tiba tiba dan menariknya pergi, ia dan Dal Mi sudah bertemu.
Ji Pyeong : Kau kesini untuk berjumpa Nona Seo Dal Mi, kan?
Do San mengiyakan. Tapi kemudian ia terkejut dan tanya bagaimana Ji Pyeong tahu ia mau ketemu Dal Mi.
Ji Pyeong bilang akan menjelaskannya nanti dan mengajak Do San pergi. Do San minta izin ketemu Dal Mi sebentar. Dia bilang, cuma mau menyerahkan bola bisbolnya saja. Tapi Ji Pyeong gak kasih izin dan memaksa Do San ikut dengannya kini juga.
Di perjalanan, Do San membaca surat Dal Mi.
Do San bingung, ini surat yang dikirim untukku?
Ji Pyeong : Ya, benar.
Do San membaca lagi.
“Kau pernah jalan tanpa tujuan?” tanya Dal Mi di suratnya.
Do San eksklusif bilang ke Ji Pyeong kalau ia gak pernah jalan tanpa tujuan.
Ji Pyeong : Bisakah kamu membisu dan baca saja?
Do San pun nurut. Dia membisu dan membaca surat Dal Mi.
“Kau pernah jalan tanpa tujuan? Hari ini, saya berlangsung tanpa tujuan.”
Kita diperlihatkan flashback, masa kemudian Dal Mi. Dal Mi tiba-tiba berbalik, gak jadi naik bus. Padahal tadinya ia sudah bangun di akrab pintu bus. Dal Mi masih memakai seragamnya sewaktu itu. Hujan turun sungguh deras.
Tapi Dal Mi mencampakkan payungnya dan membiarkan hujan membasahi dirinya.
Dal Mi : Kau pernah sengaja kehujanan padahal punya payung? Hari ini, saya menyerupai itu. Aku sungguh gerah dan kepanasan, tetapi hujan menyejukkanku. Setelah…”
Flashback end…
Do San : Setelah berlangsung sekitar 30 menit, hujan berhenti, dan ada suatu panorama yang sungguh indah di hadapanku.
Flashback…
Dal Mi berlangsung di lahan kosong. Dia tersenyum lebar menyaksikan pelangi yang sungguh besar di depannya.
Dal Mi : Ada suatu pelangi sungguh besar yang kelihatannya akan mengabulkan apa pun permintaanku. Tiba-tiba saya terpikir. Terkadang, berlangsung tanpa tujuan menyenangkan. Lalu terkadang, berlayar tanpa peta merupakan hal yang mengagumkan.
Flashback end…
Do San bilang ke Ji Pyeong, bahwa Dal Mi merupakan orang yang sungguh unik.
Ji Pyeong : Benarkah? Tapi saya paham jalan pikirannya.
Do San : Aku tidak. Kenapa jalan tanpa tujuan jikalau ada yang pasti? Kenapa kehujanan jikalau punya payung?
Ji Pyeong : Namun, sesudah itu ia menyaksikan pelangi. Pelangi yang besar.
Do San : Aku paling tak paham bab itu. Kenapa memohon terhadap pelangi? Itu cuma cahaya yang memantul dan membias.
Ji Pyeong bilang bukan itu inti surat Dal Mi. Dia kemudian bertanya-tanya, apa Do San paham apa maksudnya? Ji Pyeong kemudian tanya berapa nilai pelajaran bahasa Do San dulu.
Do San : Tak bagus, tetapi nilai ilmu matematika dan sainsku nyaris sempurna.
Ji Pyeong : Kau belum paham arti suratnya? Kata kunci surat itu bukan pelangi.
Do San : Ya, baiklah.
Ji Pyeong :
Do San : Lantas, apa kata kuncinya?
Ji Pyeong : Astaga, orang ini.
-Ep 3, Malaikat. Investor Yang Mendukung Keuangan dan Membimbing Perusahaan Rintisan.
Dal Mi tiba di pesta In Jae. Dia merasa gila disana. Tak ada satu pun yang ia kenal dan ia juga tak memahami apa yang dibicarakan orang-orang disana.
Dal Mi lantas menegaskan duduk di salah satu sofa. Tapi gres duduk, beberapa orang gila duduk bersamanya. Dal Mi yang merasa terusik alasannya merupakan tidak memedulikan dan memahami dengan obrolan mereka, alhasil beranjak dari duduknya.
Dal Mi mengambil satu minuman dan bangun di depan salah satu meja. Dia menjajal sedikit minuman yang diambilnya tetapi eksklusif memuntahkannya alasannya merupakan rasanya gak enak.
Dal Mi menyaksikan In Jae dan ibunya menemui para tamu.
Nyonya Cha menoleh ke arah Dal Mi. Dal Mi pun eksklusif menyembunyikan wajahnya.
Do San alhasil datang.
Tentu saja Do San canggung alasannya merupakan ia gres mengenal Seo Dal Mi hari itu.
Do San : Kau sudah menanti lama?
Dal Mi : Ya. Sangat lama. Aku merindukanmu.
Dal Mi melirik In Jae dan sang ibu yang tengah memandang ke arahnya.
Do San mau bicara lagi tetapi Dal Mi menawan Do San ke pelukannya.
Dal Mi : Maaf. Saat ini bukan waktunya bernostalgia. Ibu dan kakakku mengarah ke sini. Aku bohong terhadap kakakku dan bilang kamu dan saya berjumpa tiap hari, serta berafiliasi romantis.
Do San terkejut dan eksklusif memandang Dal Mi.
Do San : Apa? Hubungan romantis?
Dal Mi memeluk Do San lagi.
Dal Mi : Kau bingung, ya? Aku paham. Aku bicara sembarangan. Berbohonglah untukku.
Do San bilang ia gak berakal bohong.
Sementara itu, In Jae dan ibunya berlangsung ke arah Dal Mi.
Dal Mi pun meminta Do San membantunya. Dal Mi bilang, hari itu saja ia tidak ingin terlihat mengenaskan di depan kakaknya.
Dal Mi memegang lengan Do San. Do San semakin kaget.
In Jae dan ibunya datang.
Dal Mi : Eonni, alhasil kita bertemu. Aku mencarimu dari tadi.
In Jae : Aku juga. Kau tak kelihatan dari tadi. Kukira kamu bersembunyi.
Dal Mi : Kenapa saya mesti bersembunyi?
Do San pengen ngelepasin pegangan tangan Dal Mi, tetapi gak jadi dan ia cuma dapat membisu dan menghela nafasnya.
Nyonya Cha : Kau sudah dewasa. Ibu tak mengenalimu jikalau berjumpa di luar.
Dal Mi : Aku juga. Kau juga sudah banyak berubah.
Nyonya Cha terkejut Dal Mi memanggilnya ‘eommoni’ bukan ‘eomma’.
In Jae melirik Do San.
In Jae : Apa lelaki ini….
Dal Mi : Ya, ia Do San. Nam Do San. Pacarku.
Do San menyapa In Jae.
Do San : Halo. Aku banyak dengar kisah tentangmu.
In Jae mengenalkan dirinya, selaku CEO Nature Morning. Dia juga memamerkan kartu namanya.
In Jae melirik Dal Mi.
In Jae : Boleh kusebut saya kakakmu, kan?
Dal Mi tersenyum malas. Terserah.
In Jae bilang ke Do San, kalau Dal Mi sering membanggakan Do San.
In Jae : Kudengar kalian akan mengawali bisnis?
Sambil memandang Dal Mi, Do San bilang tidak.
In Jae : Tidak?
In Jae memandang curiga Dal Mi.
In Jae : Kau bilang kalian sedang merencanakan bisnis, ‘kan?
Dal Mi : Ya.
Dal Mi kemudian menghela nafas dan mau melepaskan pegangannya tetapi Do San memegang tangan Dal Mi dan menghasilkan tangan Dal Mi tetap di lengannya.
Do San juga menolong Dal Mi berbohong.
Do San : Sebenarnya, bukan bisnis bersama, tetapi menjadi partner.
Tentu saja Dal Mi kaget.
In Jae : Partner?
Do San : Aku meminta Dal Mi menjadi CEO di perusahaanku.
In Jae : CEO?
Do San : Tapi ia belum yakin. Jadi, tolong bujuk dia.
In Jae : Aku mesti tahu bisnismu sebelum membujuknya.
In Jae minta kartu bisnis Do San.
Do San memamerkan kartu namanya dan mengenalkan diri selaku CEO Samsan.
Dal Mi terkejut tahu Do San seorang CEO.
In Jae dan Nyonya Cha heran menyaksikan kekagetan Dal Mi. Dal Mi pun beralasan, kalau ia masih terkejut tiap mendengar Do San merupakan seorang CEO.
In Jae tertawa menyaksikan rancangan kartu bisnis Do San. Dia bilang kartu bisnis Do San unik sekali.
Dal Mi membela Do San. Dia bilang desainnya gaya retro dan sedang populer.
In Jae : Round investasi sudah dibuka?
Tentu saja Do San gak ngerti maksud In Jae.
Do San : Round?
In Jae semakin bingung, apa?
Do San : Tentang itu, kami sudah mulai perputaran sejak ronde satu.
In Jae : Ronde satu? Tak pernah ada investor? Kau tak tahu round?
Do San tambah bingung, perihal itu… round…
Tiba-tiba Ji Pyeong tiba menyelamatkan Do San.
Ji Pyeong : Perusahaannya memang masih dini, tetapi kami tertarik.
Ji Pyeong memandang Do San.
Ji Pyeong : Sudah berada di pra-Seri A. Ya, ‘kan, Pak Nam?
Ji Pyeong ngasih isyarat ke Do San melalui matanya. Syukurlah Do San ngerti dan eksklusif mengiyakan.
Dal Mi melirik Do San.
Dal Mi : Kau kenal dia?
Do San : Ya. Dia investor. Maksudku Pak Han Ji Pyeong.
Ji Pyeong eksklusif mengenalkan dirinya ke Dal Mi.
Ji Pyeong : Aku Han Ji Pyeong dari Modal Usaha SH. Kau Seo Dal Mi, kan? Pak Nam sering kisah tentangmu.
Dal Mi : Benarkah?
Ji Pyeong kemudian ngajak Do San bicara berdua.
Ji Pyeong dan Do San pergi.
Ji Pyeong sengaja mengajukan pertanyaan keras-keras. Dia tanya, apa Do San sudah terima surel darinya.
Do San terperinci bingung.
Ji Pyeong bilang ia sudah kirim rancangan ketentuannya.
Ji Pyeong kemudian berbisik, memerintahkan Do San bicara dan tertawa secara natural.
Di belakang, Dal Mi tersenyum menyaksikan mereka.
Nyonya Cha memuji Do San. Dia bilang ke Dal Mi, kalau Do San sungguh hebat.
Dal Mi tersenyum masih sambil memandang Do San.
Dal Mi : Ya, kan? Dia sungguh keren.
Tapi kemudian, Dal Mi terjaga dan senyumnya menghilang. Dia kembali bersikap cuek pada Nyonya Cha.
Dal Mi : Mereka bilang pasangan merefleksikan diri kita.
In Jae memandang kesal Do San.
Sementara itu, Ji Pyeong tanya kenapa Do San datang. Dia bilang, Sand Box bukan kekuasaannya.
Do San bilang ia tahu dan ia tak menghendaki imbalan apapun.
Ji Pyeong : Lantas apa? Kau dari UNICEF? Kau cuma mau membantunya?
Do San mengangguk.
Do San : Tapi saya tak tahu apa itu berguna.
Ji Pyeong : Itu berguna. Di sini, kamu merupakan CEO yang sukses.
Do San : Aku? Kenapa?
Ji Pyeong : Kau bersamaku sekarang.
Do San : Kau membanggakan diri?
Ji Pyeong tersenyum, itu fakta.
Ji Pyeong lantas memamerkan Do San minuman.
Ji Pyeong : Ayo terus bicara mudah-mudahan terlihat keren.
Do San tanya bicara apa.
Ji Pyeong : Lirik lagu kebangsaan.
Do San : Sampai Laut Timur dan Gunung Baekdu mengering dan gersang.
Ji Pyeong melanjutkan, Tuhan akan senantiasa melindungi negara kita selamanya.
In Jae, Dal Mi dan Nyonya Cha terus memperhatikan Ji Pyeong dan Do San yang sedang ngobrol.
In Jae : Harusnya kamu bilang bahwa pacarmu juga ada di bidang ini mudah-mudahan dapat kubantu sebelum kembali ke Amerika.
Dal Mi diatas angin. Dia bilang pacarnya tak butuh proteksi In Jae.
Nyonya Cha tersenyum mendengarnya.
In Jae tambah kesal.
Ji Pyeong dan Do San terus mengobrol, perihal lirik lagu kebangsaan.
Do San : Seperti pohon cemara di Namsan yang kokoh.
Ji Pyeong : Yang kokoh.
Mereka juga pura2 tertawa.
Acara pesta korelasi yang diselenggarakan In Jae selesai. Dal Mi, In Jae, Nyonya Cha beranjak keluar dari gedung. Ji Pyeong dan Do San berlangsung di belakang mereka.
In Jae bilang, ayahnya bentar lagi tiba dan minta Dal Mi kenalan dengan ayahnya.
Dal Mi : Kenapa saya mesti begitu? Dia ayahmu. Margamu Won, tetapi saya Seo.
Nyonya Cha bengong memandang Dal Mi.
In Jae : Begitu kah?
Do San tiba-tiba pergi.
In Jae memanggilnya.
In Jae : Kau mau kemana? Parkir valet di sebelah sana.
Do San galau menjawabnya, aku… bus…
Tak mau Dal Mi malu, Ji Pyeong pun menyelamatkan Dal Mi sekali lagi. Ji Pyeong mendekati Do San.
Ji Pyeong : Kau bawa mobil, kan? Sebelah sini.
Ji Pyeong ngajak Do San ngambil mobil. Sebelum pergi, Ji Pyeong memandang Dal Mi dan memerintahkan Dal Mi menanti mereka di sana sebentar.
Ji Pyeong dan Do San pergi.
Saat tiba di parkir valet, Ji Pyeong nanya apa Do San dapat nyetir.
Do San : Ya, lumayan.
Ji Pyeong : Jawabanmu membuatku takut. Mobilku mahal. Aku sungguh mengasihi mobilku, jadi… sudahlah. Antar dengan hati-hati.
Tapi Do San salah ngira. Dia pikir, Ji Pyeong yang minta disupirin.
Do San : Kenapa saya mesti mengantarmu?
Ji Pyeong : Bukan aku, tetapi dia. Antar Seo Dal Mi dengan mobilku. Bersikap oke dan berbincang-bincang dengan… tidak. Jangan mengobrol. Bicara secukupnya saja. Anggukkan kepalamu dan sesekali tersenyum.
Do San eksklusif mempraktekkan kata-kata Ji Pyeong. Dia mengangguk dan tersenyum.
Ji Pyeong : Benar. Begitu. Tahu konsep lelaki ganteng yang pendiam, ‘kan? Setelah antar dia, putuskan ia dengan alasan.
Do San : Alasannya apa?
Ji Pyeong : Alasan lelaki dan perempuan tak dapat berpacaran.
Do San : Sakit keras?
Ji Pyeong : Jangan yang terlalu ekstrem begitu. Katakan saja kamu punya pacar. Alasan bagus. Kau punya tunangan.
Do San : Tak ada. Aku bahkan belum pernah punya pacar.
Ji Pyeong : Kau gembira akan itu?
Do San tersenyum dengan paras bangga. Itu fakta.
Ji Pyeong pun sebal menyaksikan paras gembira Do San.
Ji Pyeong : Dasar kau…
Ji Pyeong lantas memerintahkan Do San eksklusif nganterin mobilnya begitu selesai nganterin Dal Mi.
Ji Pyeong : Lihat alamatku di GPS. Kau bisa, kan?
Do San : Ya. Jangan khawatir.
Do San kemudian masuk ke kendaraan beroda empat Ji Pyeong.
Ji Pyeong ngasih tahu Do San.
Ji Pyeong : Giginya di kanan setir. Lampu sein di sebelah kiri.
Do San menekan tombol yang lain. Dan wiper menyala.
Ji Pyeong pun memelototi Do San.
Sekarang kita ke Nyonya Cha, Dal Mi dan In Jae. Nyonya Cha ingin memeluk Dal Mi sekali saja. In Jae terkejut mendengarnya.
Belum sempat menolak, Nyonya Cha eksklusif memeluk Dal Mi.
Dal Mi terkejut, hingga menjatuhkan tasnya.
Nyonya Cha : Ibu memang tak tahu diri, tetapi ibu sungguh merindukanmu, juga mengkhawatirkanmu. Ibu betul-betul minta maaf. Terima kasih sudah berkembang cukup umur sebaik ini.
Dal Mi yang masih sakit hati sama ibunya, mendorong ibunya.
Dal Mi : Panas sekali. Bicaralah dari jauh.
Nyonya Cha : Maaf.
Dal Mi : Seperti yang bisa kamu lihat, hidupku baik. Aku bersusah payah dan punya pacar. Aku tiap hari bersyukur dengan keputusanku waktu itu. Karena itu, tak perlu minta maaf.
Nyonya Cha : Dal Mi-ya, ibu…
Dal Mi : Mulai sekarang, jangan khawatirkan saya lagi, alasannya merupakan saya akan hidup lebih baik lagi. Sejujurnya saya belum sehebat kakak. Aku mengakuinya. Tapi abang tiga tahun lebih renta dariku. Tunggu tiga tahun lagi. Aku niscaya akan lebih piawai ketimbang dia.
Dal Mi kemudian ngajak kakaknya bertaruh 10 ribu won.
In Jae : Kau bilang 10 ribu won?
Dal Mi : Jika lebih dari itu, nenek bilang itu berjudi.
In Jae : Baiklah. Aku setuju. Tapi itu niscaya akan sulit.
Dal Mi : Tentu saya tahu. Aku akan berpartner dengan Do San, dan besarkan usahanya. Aku akan coba menjadi sehebat Steve Jobs dan Mark Zuckerberg, mudah-mudahan kamu tak dapat mengejarku.
In Jae meremehkan Dal Mi.
In Jae : Dengarkan bualanmu.
Dal Mi : Impianku semakin besar.
In Jae : Itu terdengar mustahil, tetapi saya menantikannya.
Dal Mi : Ya, tunggu saja.
Do San tiba dengan kendaraan beroda empat Ji Pyeong.
Dal Mi pamit. Tapi Nyonya Cha memanggilnya. Dal Mi menoleh. Nyonya Cha memungut tas Dal Mi yang jatuh, kemudian mendekati Dal Mi.
Nyonya Cha : Hanya membual tanpa rencana positif menjadikanmu penipu. Baru memikirkannya setelahnya membuatmu sama menyerupai ayahmu.
Dal Mi pun terdiam, memandang sang ibu dengan tatapan marah.
Nyonya Cha kemudian menyemangati Dal Mi.
Nyonya Cha : Semangat.
Dal Mi : Aku pergi dulu.
Dal Mi beranjak ke kendaraan beroda empat Ji Pyeong dengan menahan tangis.
Ji Pyeong mempertahankan Dal Mi. Dia melindungi kepala Dal Mi dengan tangannya mudah-mudahan kepala Dal Mi tak terbentur sewaktu masuk mobilnya.
Do San tanya dimana rumah Dal Mi.
Dal Mi memandang keluar jendela. Air matanya sudah menetes dari tadi.
Dal Mi : Pergi saja dahulu dari sini.
Do San memandang Dal Mi. Dia saat itu juga membisu menyaksikan Dal Mi nangis.
Do San : Kau menangis? Hei, kenapa…
Dal Mi memohon mudah-mudahan Do San membawanya pergi kini juga.
Do San pun tak bicara lagi dan eksklusif melajukan kendaraan beroda empat Ji Pyeong.
Ji Pyeong pergi dengan taksi. Dia memerintahkan supir taksi mengikuti mobilnya yang gres saja pergi.
Ji Pyeong ngikutin Dal Mi dan Do San.
Sementara itu, Dal Mi masih menangis.
Dal Mi kemudian ingat sewaktu sang ibu menyemangatinya tadi.
Dal Mi pun kesal, sial. Menyebalkan! Dia membuatku bingung. Kenapa ia begitu?
Do San yang galau menyaksikan perilaku Dal Mi, memamerkan Dal Mi tisu.
Dal Mi berterima kasih dan mengambil tisu dari Do San.
Do San : Panas, ya? Mau kunyalakan AC-nya?
Tapi Do San kebingungan nyari tombol buat nyalain AC. Akhirnya, ia mencet salah satu tombol tetapi bukan AC yang menyala, malah atap yang terbuka.
Do San tambah bingung.
Ji Pyeong yang menyaksikan itu, gregetan sendiri.
Do San minta maaf ke Dal Mi alasannya merupakan salah memencet tombol.
Dal Mi : Biarkan terbuka begini. Sejuk dan nyaman. Aku gres sekali naik kendaraan beroda empat atap terbuka.
Do San bilang ia juga.
Sontak, Dal Mi eksklusif menoleh ke Do San.
Dal Mi : Kau juga?
Do San meralat ucapannya.
Do San : Maksudku, saya juga merasa ini lebih baik. Sejuk dan nyaman.
Dal Mi kemudian menyadari jalan menuju ke rumahnya sudah lewat.
Dal Mi : Ini bertentangan dengan arah rumahku.
Do San : Kita tak dapat memutar di sini. Putarannya masih jauh.
Dal Mi : Baguslah.
Dal Mi kemudian menyaksikan kembang api.
Dal Mi : Apa itu Sand Box?
Do San eksklusif menoleh, ke area Sand Box yang mereka lewati.
Dal Mi terus memandang kembang api di area Sand Box.
Dal Mi : Cantik sekali.
Do San memandang Dal Mi.
Do San : Ya benar. Cantik sekali.
Dal Mi eksklusif menoleh ke Do San.
Dal Mi : Apa?
Do San pun mengalihkan pandangannya ke langit Sand Box.
Do San kemudian bilang kalau ia sungguh lapar.
Dal Mi : Aku juga.
Ji Pyeong juga menyaksikan langit Sand Box.
Bersambung ke part 2….
