Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 15 Part 3, Apa kesengsem utk baca daftar rekap? ada di goresan pena yang ini. Untuk Part duanya dari Episode sebelumnya baca di sini.
Yu Mi di stadion, tak sengaja menyaksikan Da Jung disanjung produser.
Produser bilang, Da Jung sudah melakukan pekerjaan dengan baik.
Produser : Aku mengontak mendadak, namun kamu datang. Terima kasih banyak.
Da Jung : Itu bukan apa-apa. Kau bisa meneleponku kapan pun kamu membutuhkanku. Aku sungguh-sungguh bebas belakangan ini.
Produser : Aku akan meneleponmu jikalau butuh bantuanmu.
Da Jung : Baik. Pastikan kamu menghubungiku.
Di lobby stadion, Da Jung tak sengaja menonton isu soal pertarungan Ji Hoon. Dilaporkan musuh Ji Hoon, yakni Nam Tae Hee, berhasil mencetak home run keempat.
Para komentator di lapangan eksklusif menyediakan komentar.
“Bukankah Ye Ji Hoon membiarkan home run itu terlalu mudah?”
“Termasuk home run ini, kontrol bolanya tidak stabil di pertarungan ini.”
Da Jung kaget.Seketika ia eksklusif merasa itu lantaran dirinya.
“Dia membiarkan pemukul menghantam bolanya terlalu mudah.”
“Apa Ye Ji Hoon terluka? Atau ia dalam keterpurukan?”
“Aku kalut terjadi sesuatu terhadap Ye Ji Hoon.”
Da Jung melangkah mundur. Ji Hoon tiba-tiba timbul di belakang Da Jung. Ji Hoon pun eksklusif menghentikan Da Jung dengan memegang pundak Da Jung.
Da Jung : Kau baik-baik saja?
Ji Hoon : Ya.
Ji Hoon kemudian mengajak Da Jung minum kopi.
Da Jung dan Ji Hoon minum kopi berdua. Ji Hoon mengaku senang menyaksikan Da Jung di stadion. Lalu Ji Hoon tanya, apa Da Jung tiba untuk wawancara.
Da Jung : Tidak. Aku tiba untuk bekerja. Aku dipecat.
Ji Hoon kaget, kamu dipecat?
Da Jung : Ya. Kurasa saya tidak cukup baik untuk menjadi pegawai tetap.
Ji Hoon pun marah, apa maksudmu? Begitu banyak agenda menjadi berhasil karenamu. Astaga. Mereka mesti gagal tanpamu mudah-mudahan sadar. Orang stasiun TV sungguh bodoh!
Da Jung : Ji Hoon-ssi, bagaimana jikalau ada yang dengar?
Ji Hoon : Biarkan mereka mendengarku. Aku akan mengutuk mereka mudah-mudahan mereka gagal. Lihat saja nanti.
Da Jung kemudian tanya, apa Ji Hoon baik-baik saja.
Da Jung : Kudengar kamu mungkin terluka.
Ji Hoon : Astaga, saya tidak terluka.
Da Jung : Lalu apa?
Ji Hoon pun dongeng kalau ia mau menjadi ayah yang bagus bagi Seo Yeon.
Da Jung : Tapi saya merasa ia cuma terluka lantaran aku.
Da Jung : Ada apa?
Flashback…
Ji Hoon menjemput Seo Yeon yang gres turun dari bis sekolah.
Ji Hoon mengajak Seo Yeon berenang. Seo Yeon senang.
Tapi Seo Yeon eksklusif sedih dikala menyaksikan teman-temannya bareng ibu mereka.
Ji Hoon : Seo Yeon-ah, kamu rindu ibumu?
Seo Yeon mengangguk.
Karena itulah, Ji Hoon tiba ke kafe Mi A. Mi A pun terkejut menyaksikan Ji Hoon.
Ji Hoon minta Mi A menemui Seo Yeon, meski cuma sebentar.
Mi A tak mau.
Mi A : Lagi pula, ia tidak tahu tentangku.
Ji Hoon bilang Seo Yeon tahu.
Ji Hoon : Dia bahkan pergi ke tempat tinggal sakit tempatmu melakukan pekerjaan untuk menemuimu.
Mi A kaget, apa?
Ji Hoon : Dia sungguh merindukanmu. Bisa tolong jumpai ia sekali saja?
Ji Hoon menenteng Seo Yeon ke restoran. Mereka janjian dengan Mi A disana. Seo Yeon senang lantaran dalam waktu dekat akan berjumpa ibunya.
Tak usang Mi A tiba dan Seo Yeon eksklusif memanggilnya ibu.
Mi A : Benar. Aku ibumu. Tapi saya sudah usang melupakanmu. Aku tidak pernah menilai diriku mempunyai seorang putri.
Ji Hoon pun murka Mi A menyampaikan itu.
Seo Yeon nangis dan Mi A terus menyampaikan hal yang menyakiti Seo Yeon.
Mi A : Ibumu menyerupai ini. Jadi, jangan pernah merindukanku atau mencariku lagi. Aku tidak akan menemuimu meski kamu melakukannya.
Mi A pergi. Ji Hoon memburu Mi A.
Ji Hoon : Kenapa kamu melaksanakan itu kepadanya?
Mi A : Agar ia tidak terikat.
Ji Hoon : Kenapa ia tidak dapat terikat? Dia putrimu.
Mi A : Putriku? Aku tidak sengaja memilikinya dikala masih muda. Aku tidak tahu apa-apa dikala itu. Aku tidak bertanggung jawab atas dia.
Di dalam resto, Seo Yeon menangis hebat.
Ji Hoon tiba dan eksklusif memeluk Seo Yeon. Ji Hoon juga minta maaf pada Seo Yeon.
Bahkan di kendaraan beroda empat dikala dalam perjalanan pulang, Seo Yeon masih menangis.
Ji Hoon berupaya keras menenangkan Seo Yeon, sampai risikonya Seo Yeon pun tertidur pulas.
Flashback end…
Ji Hoon : Semakin saya berusaha, suasana kian buruk.
Da Jung : Kau tidak memperburuk keadaan. Tapi bagaimana menurutmu ihwal tetap menjadi seorang paman terhadap Seo Yeon.
Ji Hoon : Seorang paman?
Da Jung : Sama menyerupai tidak ada orang lain yang bisa menjadi kakakmu, untuk Seo Yeon, akan senantiasa ada seorang ayah. Kurasa akan manis mudah-mudahan ia berpikir begitu.
Ji Hoon ingat dikala ia menjemput Seo Yeon. Dia menyebut dirinya ayah. Senyum Seo Yeon eksklusif hilang. Dia pun pergi.
Ji Hoon pun risikonya sadar kalau selama ini ia berupaya menghasilkan Seo Yeon melalaikan ayahnya.
Ji Hoon kemudian tanya, Da Jung sudah dengar dari Si A, kan?
Ji Hoon : Aku mendapatkan suamimu.
Da Jung : Itu… Ya.
Ji Hoon : Aku tahu kamu belum melupakannya, jadi, saya tidak mau membahasnya dan menyulitkanmu. Itu sebabnya saya belum menyampaikan apa pun, namun saya merasa mesti sekarang. Ingat dikala kubilang kakakku meninggal dalam kecelakaan?
Da Jung : Ya.
Ji Hoon : Hari itu, Seo Yeon juga ada di mobil.
Flashback…
Hari itu, sebelum kecelakaan, Pak Ye sedang menyetir.
Di belakang, ada Seo Yeon. Pak Ye bilang pada Seo Yeon, kalau tahun ini mereka mesti ngerayain Natal tanpa Ji Hoon.
Seo Yeon kecewa dan bilang ia sungguh rindu Ji Hoon.
“Seo Yeon-ah, kamu mau mengontak Paman Ji Hoon sekarang?”
“Ya!”
Ji Hoon bilang, pengemudi yang mengantuk menabrak kendaraan beroda empat kakaknya.
Flashback…
Pak Ye sedang meninggalkan pesan bunyi untuk Ji Hoon. Tapi dikala tiba di persimpangan, kendaraan beroda empat lain menabrak kendaraan beroda empat abang Ji Hoon.
Akibat gesekan itu, terjadi gesekan beruntun. Dan kendaraan beroda empat Dae Young ikut terlibat di dalamnya. Dae Young pun terluka di dahinya.
Dae Young kemudian turun dari kendaraan beroda empat dan menganalisa kondisi mobilnya yang menabrak kendaraan beroda empat lain. Kecelakaan itu juga melibatkan satu kendaraan beroda empat lain lagi.
Tapi…. pengemudi salah satu kendaraan beroda empat yang juga menjadi korban gesekan beruntun, memberi tahu Dae Young bahwa ada anak kecil di dalam kendaraan beroda empat yang mulai terbakar.
Dae Young pun bergegas mendekati kendaraan beroda empat kakaknya Ji Hoon yang terbakar.
Kakak Ji Hoon terluka parah. Dia tak bisa menenteng Seo Yeon keluar.
Dae Young menjajal membuka pintu namun terkunci dari dalam. Melihat kondisi abang Ji Hoon yang terluka parah, Dae Young meminta santunan orang-orang namun tak satu pun dari mereka berani mendekati kendaraan beroda empat abang Ji Hoon yang mau meledak sebentar lagi.
Flashback end..
Ji Hoon : Seo Yeon dan kakakku dalam bahaya. Kemudian…
Flashback…
Dae Young mengambil kunci inggris di mobilnya.
Setelah itu, ia memecahkan beling kendaraan beroda empat Ji Hoon kemudian membuka pintu kawasan Seo Yeon duduk.
Kakak Ji Hoon yang terluka parah, mengucapkan terima kasih pada Dae Young dengan bunyi pelan.
Dae Young meminta abang Ji Hoon menunggunya sebentar. Lalu Dae Young bergegas menenteng Seo Yeon keluar dari mobil.
Kakak Ji Hoon menyaksikan Dae Young meletakkan Seo Yeon di trotoar.
Orang-orang eksklusif mempertahankan Seo Yeon.
Saat Dae Young mau membantu abang Ji Hoon, suatu truk tiba-tiba menabrak kendaraan beroda empat abang Ji Hoon.
Mobil abang Ji Hoon terpental sebelum risikonya meledak.
Dae Young yang syok, risikonya jatuh pingsan.
Karena itulah Dae Young bisa selsai di rumah sakit.
Da Jung, Si A dan Si Woo eksklusif tiba begitu mendengar Dae Young terlibat kecelakaan. Hubungan mereka masih baik dikala itu.
Da Jung kemudian tanya, kenapa Dae Young bisa kecelakaan.
Dae Young pun memberi tahu Da Jung.
Flashback end…
Da Jung : Kaprikornus lelaki dalam kecelakaan itu yakni kakakmu?
Ji Hoon : Benar. Itu sebabnya saya sungguh ingin berjumpa Pak Hong.
Da Jung terhenyak mendengarnya.
Flashback…
Dae Young ternyata tiba ke pemakaman abang Ji Hoon.
Lalu ia menanyakan kondisi Seo Yeon pada petugas yang mempertahankan rumah duka.
Dae Young lega mendengar Seo Yeon baik-baik saja.
“Apa kamu lelaki yang menyelamatkan gadis dari kendaraan beroda empat itu?”
“Ya.”
“Begitu rupanya. Keluarganya sedang dalam perjalanan. Dia ingin berjumpa denganmu dan mengompensasimu. Boleh minta nomor teleponmu?”
Tapi Dae Young menolak. Dae Young bilang ia melaksanakan itu bukan lantaran duit namun lantaran teringat putrinya.
Dae Young kemudian beranjak pergi. Bersamaan dengan itu, Ji Hoon datang. Mereka sempat berpapasan.
Flashback end…
Ji Hoon : Dia tidak mau mengungkapkan identitasnya terhadap polisi. Dia juga menolak kado sudah menyelamatkan keponakanku. Tapi saya masih berpikir berterima kasih dan memberinya kado yakni hal yang tepat. Jadi, saya menghubunginya.
Flashback…
Ji Hoon mengontak ponsel Dae Young. Woo Young menjawabnya.
Woo Young : Maafkan aku. Seharusnya saya juga menyelamatkan kakakmu.
Ji Hoon : Itu bukan salahmu. Kau mempertaruhkan nyawamu dan menyelamatkan Seo Yeon. Jadi, saya sungguh ingin menampilkan apresiasiku.
Woo Young nolak. Dia bilang melaksanakan itu bukan demi uang, lantaran teringat putrinya.
Sontak Ji Hoon terhenyak mendengarnya.
Flashback end…
Ji Hoon : Katanya ia melaksanakan itu lantaran menimbang-nimbang putrinya. Saat saya meneleponnya baru-baru ini, ia menyampaikan hal yang sama. Suamimu yakni lelaki yang hebat.
Da Jung : Benar. Dia orang yang baik.
Ji Hoon : Sejujurnya, jikalau kamu bilang tidak dapat melalaikan orang lain, saya tidak akan menyerah. Tapi jikalau itu dia, saya tidak dapat menjadi saingannya. Aku cuma menginginkan kebahagiaan bagi kalian berdua.
Ji Hoon kemudian menghela nafas.
Ji Hoon : Akan sukar bagi kita untuk menjadi teman dekat baik, bukan?
Da Jung : Kupikir kita berteman. Kupikir kamu teman dekat baikku.
Keduanya kemudian tersenyum.
Adegan berpindah pada seseorang yang mengepost video soal Da Jung. Kali ini bukan teman dekat Ae Rin, lantaran teman dekat Ae Rin menggunakan kuteks hitam pada kukunya.
Bersambung ke part 4…