Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 5 Part 1, Pastikan untuk membaca rekap Episode sebelumnya cek di sini. Apabila terpikat menyaksikan daftar lengkap eps bisa cek pada goresan pena yang ini.
Di Samsan, Do San lagi merajut.
Yong San melirik Do San, kemudian berbisik ke Chul San, menanyakan Do San kenapa. Chul San menggeleng alasannya yakni tak tahu.
Chul San pun tanya ke Do San ada apa lagi.
“Kencan pertamamu lancar? Kenapa merajut lagi? Apakah ada perkara lagi?” tanya Chul San.
“Chul San-ah.” jawab Do San, namun Do San kemudian melongo dan tak jadi bicara.
Chul San dan Yong San pun sebal Do San tidak mau cerita.
Chul San lantas meminta Do San mengatakannya.
Tapi Do San susah untuk mengatakannya.
Chul San makin sebal, ia mulai lagi. Cepat katakan.
Do San balasannya mengatakannya.
“Aku mengajukan pertanyaan terhadap Dal Mi argumentasi ia menyukaiku.” ucap Do San.
“Dia jawab apa? Aku percaya ada yang salah dengan mata Dal Mi.” jawab Chul San.
Do San melongo memandang Chul San. Chul San tertawa, kemudian minta maaf ke Do San.
Do San pun bilang, argumentasi Dal Mi menyukainya alasannya yakni ia cinta pertama Dal Mi.
“Cinta pertama? Artinya cinta pertamanya yakni Han Ji Pyeong.” ucap Chul San.
“Lalu, saya tanya argumentasi lainnya.” jawab Do San.
Do San bilang, itu alasannya yakni surat-surat darinya menghibur Dal Mi.
“Itu juga bukan kamu namun Han Ji Pyeong. Apa tak ada tentangmu?” ucap Chul San.
Do San memandang tangannya. Do San bilang argumentasi ketiga alasannya yakni tangannya. Hanya tangannya.
Yong San menyemangati Do San.
“Do San-ah, dahulu insan berlangsung dengan empat tungkai. dan otak meningkat seiring mulai berdiri. Kenapa? Karena dua tungkai lain tak berguna, dan dijadikan tangan.” ucap Yong San.
Yong San kemudian mengambil salah satu memo yang berisi pesan bijak yang tertempel di dinding dan memberinya ke Do San.
“Dengan tangan, otak insan meningkat dan bisa buat alat-alat. Memunculkan kebudayaan dan sejarah.” ucap Yong San.
Do San gak ngerti, apa maksudmu?
“Astaga. Kenapa anak teknik sepertimu tak paham perkataannya? Maksudnya tangan kokoh besar. Tangan yang terbaik. Itu maksud dia. Benar, ‘kan?” jawab Chul San.
“Kau benar.” ucap Yong San.
Do San kemudian membaca goresan pena yang ada di memo.
MANUSIA MENJADI HEWAN PALING CERDAS
KARENA PUNYA TANGAN
Dal Mi bicara dengan halmeoni di telepon. Dal Mi dengan bersemangat nyeritain soal Do San yang lebih memilihnya ketimbang In Jae.
Dal Mi bilang, In Jae tiba ke depan Do San dan memerintahkan Do San menegaskan ia apa In Jae. Dan Do San memilihnya. Do San merekrutnya jadi CEO Samsan.
“Dan ia mengulurkan tangannya padaku, bukan ke In Jae!” Dal Mi bahagia luar biasa.
Dal Mi kemudian memuji tangan Do San. Dia bilang tangan Do San keren.
“Kau aneh. Mana bisa tangan keren.”
“Sangat keren. Padahal saya bukan siapa-siapa.Tapi kenapa ia menjabat tanganku, bukan In Jae?”
Do San masih memandang tangannya. Dia bilang Dal Mi suka tangannya saja sudah cukup baginya.
Tapi sorot mata Do San nampak sedih. Sepertinya ia ingin tidak mau Dal Mi cuma menggemari tangannya saja.
Do San kemudian bilang tak ada yang bagus dari dirinya.
Chul San dan Yong San terdiam.
Dal Mi juga masih bicara sama halmeoni. Sementara orang2 berseragam CEO kemudian lalang di belakangnya.
Dal Mi memandang tangannya dan bilang ia mulai serakah.
“Aku mengawali ini alasannya yakni ingin menang melawan In Jae demi ayah. Tapi saya menjadi serakah.” ucap Dal Mi.
Do San terus bercerita pada sahabatnya. Dia bilang, ia tahu tak semestinya ia begitu namun ia mengharapkan lebih dan ia kian mengharapkan Dal Mi.
Do San dan Dal Mi sama-sama mengepal tangan mereka dan memandang tangan mereka.
-Ep 5, Pekan Retas-
Dong Cheon sedang menonton program pekan retas di ruang meeting. Dia kemudian menyampaikan kalau pintu neraka mulai kini akan dibuka untuk tiga hari dua malam.
“Aku tak peduli. Itu bukan urusanku. Tahun kemudian kamu pergi tiga hari dua malam untuk menjadi mentor. Lalu, kamu sakit empat hari tiga malam. Kau cuma menyusahkan dirimu, namun tak sanggup apa-apa. Kau tak semestinya melakukan itu. Benar, ‘kan?” ucapnya.
Tapi alasannya yakni tak ada yang menjawab, ia pun menoleh ke sampingnya.
“Pak Han?” ucapnya bingung. Rupanya sedari tadi ia bicara dengan Ji Pyeong namun Ji Pyeongnya udah pergi tanpa ia sadari.
Ji Pyeong keluar dari ruang 801, kantor Modal Usaha SH. Dia menjinjing suatu kaus berwarna hitam, kemudian tergesa-gesa pergi.
Dal Mi dikasih banner kecil oleh staff Sand Box.
Staff bilang meja mereka ada di nomor 36.
“Jangan lupa kirimkan instruksi QR mereka kalau ada anggota tambahan.” ucap staff.
“Baik. Aku paham.” jawab Dal Mi.
“Kami sediakan tajil di sana. Silahkan makan sepuasnya…” Staff pun berhenti bicara dan terdiam.
Dal Mi menoleh ke kawasan tajil yang ditunjukkan staff dan terkejut.
Trio San lagi ngambilin cemilan dan memasukkannya ke tas mereka. Yong San bilang, ia makin semangat dan saban hari bisa makan menyerupai itu kalau lolos.
Chul San bilang ia sungguh ingin masuk Sand Box.
Do San pun bilang ia mau selamanya di sana.
Dal Mi mendekati Do San. Wajahnya terlihat kesal.
Dal Mi memerintahkan Do San menundukkan kepala.
Do San nurut dan nundukin kepalanya.
Dal Mi ngambil dua kemasan tajil dan memasukkannya ke tudung hoodie Do San.
“Ini cuma untukmu. Jangan beri mereka. Akan cepat habis alasannya yakni enak.” ucap Dal Mi.
Do San senang, baik.
Yong San kemudian bilang ke Dal Mi kalau mereka mesti menegaskan satu anggota lagi.
“Ya, kamu benar.” jawab Dal Mi.
“Kau punya persyaratan memilihnya?” tanya Yong San.
“”Menurutku, untuk anggota baru, kepribadian lebih penting ketimbang kualifikasi. Aku mau ia orang yang punya motivasi kuat, tak pantang mengalah dalam mengakhiri masalah, dan bisa bertahan dalam berbagai…”
Dal Mi berhenti bicara alasannya yakni Yong San dan Chul San sibuk ngambilin cemilan dan Do San menghilang.
Mereka kemudian menyaksikan banyak tajil acak-acakan di lantai.
Ternyata tajil yang acak-acakan itu berasal dari tudungnya Do San. Do San ditarik pergi oleh Ji Pyeong.
“Kau bilang apa kepadanya?” tanya Ji Pyeong.
Do San bingung, apa?
“Katakan. Seberapa jauh Dal Mi tahu.” pinta Ji Pyeong.
“Bagian mana yang kamu khawatirkan? Aku bukan lelaki yang hebat?” tanya Do San. Dia mulai kesal.
“Atau surat dari cinta pertamanya palsu?” lanjut Do San.
“Suratnya juga ketahuan?” tanya Ji Pyeong.
“Suratnya tidak ketahuan.” jawab Do San.
“Apa ia sungguh kecewa alasannya yakni kamu bukan lelaki hebat?” tanya Ji Pyeong.
“Tidak. Dia malah senang.” jawab Do San.
“Senang? Dia tak marah?” tanya Ji Pyeong.
“Ya.” jawab Do San.
“Lantas, bagaimana denganku? Dia tak bilang bahwa saya aneh? Dia niscaya ingin tau dengan alasanku melakukan ini. Dia niscaya sungguh penasaran.” ucap Ji Pyeong.
Do San bilang Dal Mi gak bicara apa-apa soal Ji Pyeong. Ia juga bilang kalau Ji Pyeong gak perlu lagi minjemin ia jam dan mobil.
“Bagaimana bisa begitu? Kau dan Dal Mi satu tim sekarang.” ucap Ji Pyeong.
Ji Pyeong kemudian memerintahkan Do San memegangi jaketnya. Setelah itu ia memakai kaus hitam tadi yang bertuliskan, mentor.
“Kakaknya yang ia benci juga tiba ke Sand Box. Dia niscaya terluka kalau kakaknya lolos, namun ia tidak.” ucap Ji Pyeong.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Do San di saat menyaksikan Ji Pyeong memakai kaus mentor.
“Aku juga tak tahu apa yang kulakukan. Kenapa orang berhasil sepertiku mesti pakai baju jelek ini? Dan jadi mentor pekan retas? Semoga tak banyak reporter. Aku tidak mau mereka memfotoku. Astaga.” Ji Pyeong mengambil kembali jasnya.
“Berhentilah di sini. Aku akan urus sendiri sisanya.” ucap Do San.
“Menakutkan. Perkataanmu barusan paling menakutkan. Kau tak tahu argumentasi kamu masih begini? Jika saya Yong San atau Chul San, saya akan minta ganti dua tahunku melakukan pekerjaan bersamamu.”
Do San pun melongo kesal mendengarnya.
“Kenapa? Kau murka dan kesal?” tanya Ji Pyeong.
“Ya. Sedikit.” jawab Do San.
Ji Pyeong kemudian melirik kemasan masakan di tudung Do San. Dia mengambil beberapa, tergolong yang dari Dal Mi sambil bilang kalau Do San gak berhak murka dan Do San boleh murka sehabis masuk Sand Box nanti.
“Astaga, saya butuh gula.” ucap Ji Pyeong dan bertujuan merobek kemasan gula dari Dal Mi.
Tapi Do San eksklusif merebutnya alasannya yakni itu dari Dal Mi. Do San bilang itu miliknya.
Do San juga mengusut beberapa kemasan yang lain yang diambil Ji Pyeong. Tapi alasannya yakni tak ada yang dari Dal Mi disana, ia pun memberinya ke Ji Pyeong.
Do San kemudian menyaksikan kemasan gula satunya lagi yang dari Dal Mi di lantai. Dia mengambilnya kemudian beranjak pergi.
Ji Pyeong pun heran melihatnya.
Dal Mi keliling mencari Do San. Tak lama, ia balasannya menyaksikan Do San. Dal Mi mengundang Do San sambil berlangsung mendekati Do San. Dia bilang, ia mencari Do San kemana-mana.
Lalu Dal Mi menyaksikan Ji Pyeong tiba dari arah yang serupa dengan Do San.
Ji Pyeong yang lagi makan gula-gula, tegang menyaksikan Dal Mi. Saking tegangnya, gula-gula yang gres dimasukkannya ke dalam mulutnya eksklusif meluncur keluar dari mulutnya.
Dal Mi memandang Ji Pyeong. Lalu ia bilang ada yang hendak ia tanyakan.
Ji Pyeong dan Do San sama-sama tegang.
Dong Cheon kemudian datang. Ji Pyeong lega dan eksklusif mendekati Dong Cheon. Dia akal-akalan tanya ada perkara apa. Dong Cheon kebingungan.
Dong Cheon juga tanya apa Ji Pyeong menjadi mentor Sand Box.
Ji Pyeong gak jawab dan terus tanya apa masalahnya. Dia kemudian mengajak Dong Cheon pergi dan bilang itu perkara besar. Dia juga tanya dimana kejadiannya dan memarahi Dong Cheon yang gak ngasih tahu ia dari tadi.
Do San penasaran. Dia ingin tahu apa yang hendak Dal Mi tanyakan ke Ji Pyeong.
Dal Mi tak menjawab. Dia cuma bilang cuma ingin menanyakan sesuatu.
Do San cemburu.
Ji Pyeong menjinjing Dong Cheon menjauhi Dal Mi sambil terus menyampaikan kalau Dong Cheon mesti menginformasikan ia kalau ada masalah.
Setelah percaya jauh dari Dal Mi, Ji Pyeong menghela nafas dan bilang itu menjadikannya gila.
Dong Cheon makin bingung. Dia tanya, ada perkara apa sebenarnya? Dan apa ia salah lagi?
“Tak bisa begini. Pegang jasku.” ucap Ji Pyeong. Ji Pyeong juga memerintahkan Dong Cheon melepas jas.
Ji Pyeong membuka kaus mentornya dan memerintahkan Dong Cheon menggantikannya jadi mentor.
Ji Pyeong bahkan menggantungkan kaus mentornya ke leher Dong Cheon.
Lalu Ji Pyeong pergi sambil memakai jas Dong Cheon.
Yong San dan Chul San lagi jalan sambil mainin stop kontak.
Mereka kemudian berjumpa dengan dua orang yang mereka kenal.
“Lihat. Siapa ini. Kim Yong San, Lee Chul San.”
“Sudah usang sekali tak bertemu. Akhirnya malah berjumpa di sini.”
“Hyeon! Jeong!” seru Yong San dan Chul San.
Yong San dan Chul San memeluk Hyeon secara bergantian. Chul San bahkan memuji Hyeon. Dia bilang Hyeon makin keren. Tapi di saat memeluk Hyeon, raut tampang mereka terlihat tak senang.
“Kalian sudah buat tim?” tanya Chul San.
“Sudah. Kami masuk tim yang paling hebat.” jawab Jeong.
Tim jago yang dimaksud Hyeon dan Jeong yakni tim nya In Jae.
Semua tim tengah bersiap. Dal Mi memandang Hyeon dan Jeong.
“Yang pakai baju warna cerah itu pengembang juga?” tanya Dal Mi ke Do San.
Do San bilang mereka kembar dan mereka yakni pengembang terbaik di bidang kecerdasan buatan.
“Terbaik?”
“Ya.”
“Mereka tak terpikat berbisnis. Kenapa datang?”
Yong San bilang mereka punya panggilan pemburu.
Dal Mi bingung, pemburu? Orang yang berburu hewan?
“Ya. Sejak dua tahun lalu, mereka ikut banyak persaingan dan pekan retas. Tapi mereka cuma ingin kado uangnya. Makan, kemudian pergi.” jawab Yong San.
“Mereka orang jahat yang mematahkan semangat usahawan gres yang butuh dana bisnis. Mereka sudah sanggup kado ratusan juta won.” ucap Chul San.
Dal Mi memandang tajam mereka.
“Ternyata kesanggupan mereka hebat. Sebagai pengembang, gayanya pun bagus.” ucap Dal Mi.
Chul San pun sewot mendengar ucapan Dal Mi.
“Tunggu. Sebagai pengembang? Nona Seo, kamu akan terus bicara begitu? Hei!” Chul San menjentikkan jarinya di depan mata Dal Mi.
Chul San kemudian tanya apa yang salah dengan gaya Trio San.
Chul San menyaksikan gaya Yong San dan Do San.
“Mungkin gaya kami tak semenawan mereka namun kami lebih serius dalam berbisnis.” ucap Chul San.
“Kami juga pemenang persaingan CODA.” tambah Yong San.
“Benar. Mereka lokal, kami global.” ucap Chul San.
“Mereka sudah global sejak kuliah. Mereka lulusan MIT.” jawab Do San.
Chul San sewot dengan kata-kata Do San.
“Sebenarnya kamu memihak siapa?”
“MIT? Kemampuan mereka hebat.” ucap Dal Mi.
“Jangan tertekan dulu. Konsep kita dan mereka berbeda.” ucap Yong San.
“Ya. Kita mementingkan kepribadian, alih-alih kualifikasi. Benar, ‘kan, Nona Seo? Apa?” ucap Chul San. Tapi Dal Mi secara tiba-tiba ngilang.
Waktu membentuk anggota tinggal 15 menit lagi.
Dal Mi ada di luar. Dia bilang, ia mesti cari anggota yang punya kualifikasi. Orang dengan kualifikasi luar biasa.
Chul San memindai instruksi QR yang ada di banner kecil mereka.
Chul San kagum cuma dengan memindai instruksi QR, keterangan perihal mereka bisa di dapat.
Chul San kemudian membaca keterangan Dal Mi. Ia terkejut mengenali Dal Mi cuma lulusan SMA.
“Do San-ah, Yong San-ah, kalian tahu Dal Mi cuma lulusan SMA?” tanya Chul San.
Do San dan Yong San kaget.
Chul San eksklusif mengajak Do San dan Yong San pindah ke tim In Jae sebelum terlambat.
Do San gak mau. Do San bilang Dal Mi yakni CEO mereka.
Chul San gak setuju.
“Menurutmu kita mesti biarkan lulusan Sekolah Menengan Atas menjadi CEO perusahaan IA? Orang-orang niscaya meremehkan dia.” ucap Chul San.
“Bukankah kamu yang sedang meremehkannya?” balas Do San santai.
“Aku begitu? Aku tak pernah meremehkan orang lain. Maksudku, orang lain begitu.
Do San memandang Yong San.
“Aku tak meremehkannya. Kau tahu aku, ‘kan?”
“Baguslah. Jangan pedulikan orang lain. Kita saja yang tak boleh remehkan dia.” jawab Do San.
Chul San pun berbisik ke Do San.
“Hei, ia menakutkan.”
“Tiba-tiba ia punya karisma.”
Do San kemudian melemparkan cemilan ke Chul San dan Yong San.
Chul San dan Yong San terdiam.
Chul San membuka laptopnya.
Bersambung ke part 2…