Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 3 Part 2, Kalian yang ingin menyaksikan daftar isi sinopsisnya di goresan pena yang ini. Sebaliknya recap kepingan pertama Episode sebelumnya baca di sini.
Pimpinan Won akhirnya datang. Begitu turun dari mobil, beliau eksklusif menyapa para relasinya di sana.
Nyonya Cha kesal melihatnya.
Nyonya Cha : Ada apa dengannya belakangan ini? Dia menyerupai jagoan kesiangan, senantiasa tiba terakhir.
Nyonya Cha lantas meminta petugas disana memanggilkannya taksi.
In Jae memerintahkan ibunya menemui Pimpinan Won dulu.
Nyonya Cha : Ibu sungguh sensitif hari ini. Ibu sedang tidak ingin mendampinginya.
In Jae kemudian terkejut dikala memandang kembali ke ayah tirinya.
In Jae heran menyaksikan lelaki disamping ayahnya.
In Jae : Kenapa Sang Su ada di sini?
Dia juga bertanya-tanya, kenapa Sang Su keluar dari kendaraan beroda empat Pimpinan Won.
Nyonya Cha bilang pesta kekerabatan dibentuk mudah-mudahan Sang Su sanggup memperbesar relasi.
In Jae tak percaya. Dia bilang Sang Su cuma seketarisnya.
Nyonya Cha : Seketaris? Hei, beliau anak kandungnya. Mana mungkin beliau cuma menjadi seketarismu? Dia disuruh tetap di sampingmu untuk menyaksikan perjuangan kerasmu mudah-mudahan nanti sanggup mengakui hasil kerja kerasmu. Bukan. Dia akan ambil alih semua.
In Jae tak percaya, ibu!
Nyonya Cha : Sadarlah, Nak!
In Jae lantas memandang tajam ke arah Pimpinan Won dan Sang Su.
Di dalam, Pimpinan Won dan Sang Su menemui para relasi.
In Jae memandang tajam mereka dan menimbang-nimbang kata ibunya.
“Sang Su terlihat naif, namun beliau licik. Kau terlihat cerdas, namun lugu. Sadarlah, atau beliau akan mencuri semuanya darimu. Entah menjadi licik, atau jahat menyerupai sikapmu pada ibu.” Apa kamu tidak mempunyai harga diri?”
In Jae yang kesal, kemudian berlangsung ke arah mereka. Dia mengambil minuman yang dibawa pramusaji yang melalui di depannya.
Lalu beliau tersenyum dan menampilkan minuman itu pada ayah tirinya.
In Jae juga menyapa abang tirinya.
Pimpinan Won memuji baju In Jae yang cantik.
Sang Su kemudian minta ayahnya mengenalkannya ke kekerabatan yang lain.
Sang ayah memahami dan mereka eksklusif pergi meninggalkan In Jae.
Senyuman In Jae saat itu juga hilang. Dia memandang tajam ke arah Pimpinan Won dan Sang Su.
Ji Pyeong lagi celingukan mencari Do San dan Dal Mi sambil ngomel sendiri gara-gara Do San gak eksklusif nganterin Dal Mi pulang menyerupai katanya.
Ji Pyeong akhirnya memperoleh mobilnya. Tak usang setelah memperoleh mobilnya, beliau juga menyaksikan Do San dan Dal Mi duduk di depan sungai.
Ji Pyeong kian kesal.
Ji Pyeong : Astaga, kelihatannya mereka bersenang-senang.
Dal Mi dan Do San lagi mengkonsumsi mie instan.
Dal Mi : Astaga, saya merasa jauh lebih baik.
Do San memberi Dal Mi masakan penutup.
Sementara itu, Ji Pyeong sembunyi dibalik mobilnya.
Dal Mi tanya pada Do San, apa Do San takkan bertanya.
Do San balik tanya, soal apa.
Dal Mi : Kenapa saya tiba-tiba minta kamu datang, kenapa saya mau berlagak andal di depan mereka. Dan kenapa saya menangis. Kau tak penasaran?
Do San : Aku penasaran.
Dal Mi : Lalu kenapa tak tanya?
Dal Mi : Itu sebab dikala ini saya berkonsep lelaki ganteng yang pendiam.
Sontak, Dal Mi tertawa mendengarnya.
Dal Mi kemudian menghentikan tawanya.
Dal Mi : Aku tak boleh tertawa. Jika tertawa setelah menangis, akan berkembang bulu di wilayah tak seharusnya.
Do San : Tidak, jangan khawatir. Itu cuma rumor. Jika itu fakta, akan lebih banyak bulu di bokong insan ketimbang rambut. Perubahan perasaan menyerupai itu memang gampang terjadi, jadi, damai saja.
Dal Mi : Benarkah? Aku menjadi tenang. Konsepku bukan perempuan anggun yang pendiam.
Dal Mi lantas mengaku jikalau beliau penasaran.
Do San : Tentang apa.
Dal Mi : Kau. Aku ingin tahu semuanya tentangmu. Keluargamu, temanmu, hal yang kamu suka. Semuanya.
Do San : Itu menjemukan dan tak seru. Orang tuaku pun murka waktu mendengarkanku.
Dal Mi : Tak apa. Ceritakan kepadaku.
Do San : Hal yang saya suka….
Beralih ke Ji Pyeong yang masih ngumpet dibalik mobilnya. Dia ingin tau dengan dialog Dal Mi dan Do San.
Do San terus makan cemilannya.
Do San : Ceritaku tak seru, ya?
Dal Mi bilang sungguh seru dan juga keren.
Sontak, Do San eksklusif melongo memandang Dal Mi.
Ponsel Do San berbunyi. Pesan masuk dari Ji Pyeong.
Ji Pyeong : Kau sedang apa? Cepat antar dan putuskan dia.
Do San eksklusif celingukan, mencari Ji Pyeong. Dan beliau menyaksikan Ji Pyeong di erat mobil.
Ji Pyeong menghasilkan gerakan horizontal di lehernya, seolah beliau akan membunuh Do San jikalau Do San gak nurut sama dia.
Dal Mi tanya, siapa yang SMS. Do San bilang bukan siapa-siapa.
Dal Mi : Pasti pacarmu. Tentu saja, kamu niscaya punya. Aku tahu kamu niscaya punya. Tak mungkin tak ada.
Do San mau ngomong jikalau beliau gak punya pacar namun gak bisa.
Do San mengajak Dal Mi pulang namun Dal Mi bilang tak usah dikirim sebab rumahnya sudah dekat.
Do San kekeuh mau nganterin Dal Mi. Dan Dal Mi kekeuh pula menolak.
Dal Mi dan Do San berdiri. Dal Mi memerintahkan Do San pergi sebab tidak ingin pacar Do San salah paham.
Do San pun memahami dan beranjak pergi.
Do San teringat kata-kata ayahnya.
Pak Nam : Bagaimana kita mesti perkenalkan dia? Kau anak sulung namun tidak mempunyai pekerjaan. Bisnismu berantakan! Siapa yang hendak menikah denganmu!
Dia juga ingat kata-kata Ji Pyeong.
Ji Pyeong : Perusahaan rintisan yang tak memperoleh investasiku tidak ada yang sukses. Tak ada sama sekali. Karena itu, saya takkan investasi pada kalian.
Dia kemudian ingat dikala menyulam di kereta.
Dia juga mengingat kata-kata Dal Mi di surat.
Dal Mi : Do San-ah, kamu menyerupai kotak musikku yang cantik. Kau niscaya kotak yang mengeluarkan melodi indah. Aku percaya itu.
Do San yang terus menuju kendaraan beroda empat Ji Pyeong, tiba-tiba berhenti melangkah.
Sementara Ji Pyeong yang masih ngumpet dibalik mobilnya, memerintahkan Do San mendekat.
Tapi Do San malah berbalik, mengundang Dal Mi.
Do San ingin tahu apa Dal Mi sudah buka kotak musiknya.
Dal Mi bilang sudah.
Do San ingin tahu suaranya.
Dal Mi bilang sungguh mengagumkan.
Dal Mi lantas tersenyum dan menghunus jempolnya ke Do San.
Melihat itu, Do San juga tersenyum. Do San kemudian bilang dengan bunyi yang pelan, jikalau beliau tahu keyword yang dimaksud Ji Pyeong soal surat Dal Mi.
Ji Pyeong : Apa kata kunci?
Do San bilang, berlayar tanpa peta.
Do San lantas beranjak ke arah Dal Mi.
Ji Pyeong sewot sendiri, Nam Do San!
Sambil beranjak menuju Dal Mi, Do San ingat dikala mereka hampir ketemu di taman.
Terdengar narasi Do San.
“Saat itu, saya tak menyerupai diriku. Tapi saya berpikiran sama denganmu.”
Do San ingat pertemuannya dengan Dal Mi di pesta In Jae.
Do San : Tak punya tujuan bukan masalah, berlayar tanpa peta pun bukan hal yang jelek asal saya bersamamu.
Do San juga menimbang-nimbang dikala di kendaraan beroda empat tadi bareng Dal Mi.
Terakhir beliau ingat dikala Dal Mi menghunus jempol padanya tadi.
Do San menampilkan kartu namanya pada Dal Mi.
Dal Mi tanya kenapa Do San memberinya kartu nama. Dal Mi juga takut pacar Do San salah paham.
Do San eksklusif membantah jikalau beliau punya pacar. Do San bilang beliau lulusan sekolah khusus lelaki dan belum pernah pacaran.
Dal Mi bahagia mendengarnya.
Dal Mi : Aku juga. Aku juga belum pernah punya pacar. Maksudku, ada orang yang suka padaku, namun saya tak meladeni mereka. Karena kau.
Ji Pyeong yang menyaksikan mereka, kesal.
Ji Pyeong : Sungguh konyol.
Do San kemudian menginformasikan Dal Mi arti angka 24 jam di balik kartu namanya.
Do San : Ini artinya saya sanggup dihubungi 24 jam.
Dal Mi : Kartu namamu berkonsep retro.
Do San juga menampilkan Dal Mi bola bisbol yang tak sempat diberinya waktu itu.
Dal Mi menyaksikan goresan pena di bola Do San.
“UNTUK NAM DO-SAN.”
Dal Mi kemudian membalik bola Do San dan membaca tulisannya.
“Follow your dream. Perkataan yang bagus.”
Ji Pyeong kian panas.
Ji Pyeong : Mereka membuatku gila.
Ji Pyeong bahkan hingga mukul mobilnya. Tapi kemudian beliau sadar habis menghasilkan bunyi berisik dan bergegas sembunyi.
Sekarang, Ji Pyeong lagi ngomelin Do San di rumahnya.
Ji Pyeong : Kau berikan kartu namamu sebab itu? Kau laksanakan itu tanpa pertimbangkan akibatnya?
Do San : Ya, begitu.
Ji Pyeong kian sewot, hei kau!
Ji Pyeong : Berlayar tanpa peta sanggup mati. Bisa mati sebab badai, ataupun ikan hiu.
Do San : Kau bilang kamu paham jalan pikirnya?
Ji Pyeong : Itu cuma metafora. Sebatas itu.
Do San : Apa itu metafora?
Ji Pyeong kian gemes sama Do San.
Young Sil menjawab. Metafora yakni kiasan yang mendeskripsikan objek atau langkah-langkah dengan cara….
Ji Pyeong memerintahkan Young Sil diam.
Young Sil nurut, ya, baiklah.
Ji Pyeong lantas bangun dan memandang Do San.
Ji Pyeong : Lalu kamu mau bagaimana? Kau mau menemuinya lagi? Dan membohonginya lagi? Kau tak sanggup bohong terus. Mau bohongi beliau ribuan tahun?
Do San : Tak akan sanggup selama itu. Batas hidup insan seratus…
Ji Pyeong : Hei, bukan begitu! Astaga. Aku jadi lupa semuanya. Bagaimanapun, hingga di sini saja. Pertunjukan sudah selesai.
Ji Pyeong kemudian melarang Do San menelepon Dal Mi lagi.
Do San tanya, gimana jikalau Dal Mi yang menghubunginya duluan.
Ji Pyeong : Dia menghubungimu?
Do San senang, ya. Aku tak pernah sanggup pesan dari perempuan selain ibuku.
Ji Pyeong kian kesal. Membanggakan. Ini hari kehormatan bagimu.
Do San nya malah ngucapin terima kasih.
Ji Pyeong kembali duduk di sebelah Do San. Dia tanya, Dal Mi bilang apa. Ji Pyeong membaca SMS dari Dal Mi.
Dal Mi : Aku bahagia berjumpa kamu hari ini. Aku berutang kebijaksanaan kepadamu. Kuharap saya sanggup balas kebijaksanaan sebuah dikala nanti. Ada yang hendak kamu makan, atau sesuatu yang kamu inginkan? Aku mau makan ayam goreng.
Do San membalas pesan Dal Mi. Dia bilang pengen diska lepas 128 gigabita.
Ji Pyeong nyuruh Do San ngapus SMS nya.
Do San nurut.
Ji Pyeong : Mulai sekarang, lapor sebelum membalas pesannya. Tulis perkataanku.
Do San mulai ngetik, tulis perkataanku… Wkwkwkw…
Ji Pyeong : Jangan tulis begitu!
Do San eksklusif ngapus kalimat yang beliau tulis barusan.
Ji Pyeong : Tulis perkataanku. Tak perlu membalasnya. Kau sudah membayarnya dengan berkata “terima kasih”. Mimpi indah.
Do San memandang Ji Pyeong untuk kata-kata ‘mimpi indah’.
Ji Pyeong : Kenapa? Ada apa?
Do San : Tidak.
Do San mulai menulis lagi. Mimpi indah, haha..
Ji Pyeong : Hilangkan haha.
Do San gak ngerti, hilangkan?
Ji Pyeong : Hapus!
Do San nurut lagi, baik.
Dal Mi yang baringan di kasurnya sambil terus menggenggam kartu bisnis Do San, menanti jawaban dari Do San. Tak usang pesan Do San masuk. Dal Mi bahagia bukan kepalang. Dal Mi bahkan hingga nyiumin pesan Do San.
Lalu Dal Mi mendengar bunyi halmeoni pulang.
Sontak lah, Dal Mi eksklusif melompat dari wilayah tidurnya dan berlari keluar.
Dal Mi teriak-teriak manggil halmeoni.
Halmeoni sewot, kelihatannya gendang telingaku akan pecah. Coba saja teriak lebih kencang.
Dal Mi kisah jikalau tadi beliau ketemu Do San dan Do San memberinya kartu nama.
Halmeoni kaget.
“Do San yang mana?”
“Apa maksudmu? Tentu saja Nam Do San. Cinta Pertama ku.”
“Kau bilang tak sanggup berjumpa dia?”
“Kami bertemu. Waktunya sempurna sekali. Dia datang, terlihat menyerupai model.”
“Apa? Dia tampan?”
“Dia menyerupai model. Cocok dengan setelan jas. Aku hingga tak sanggup bernapas.”
Halmeoni galau sendiri.
Besoknya, Ji Pyeong di kedai halmeoni. Dia cerita, jikalau Do San yakni yang terburuk dari yang terburuk.
Halmeoni : Semua lelaki cocok memakai setelan jas. Sangat jarang yang tidak.
Ji Pyeong : Tapi Nam Do San tak cocok.
Halmeoni : Tapi kata Dal Mi beliau tinggi menyerupai model.
Ji Pyeong : Dia cuma tinggi. Seperti taoge yang cuma berkembang ke atas. *Njiir, toge? Astaga, ngakak.
Ji Pyeong juga mencela rambut Do San.
Ji Pyeong : Tukang cukur tak akan memotong begitu. Dia niscaya potong sendiri. Rambutnya sungguh menggelikan. Astaga!
Halmeoni ingin tahu bagaimana ceritanya Do San sanggup tiba-tiba ada di pesta In Jae dan apakah Do San menolong Dal Mi.
Halmeoni ingat lagi kisah Dal Mi tadi malam.
Dal Mi menari-nari di depan halmeoni.
Dal Mi : Pemeran utama hari ini yakni Do San!
Dal Mi kemudian duduk dan tanya, nenek tahu IA kan? Inteligensi artifisial.
Halmeoni : Tentu. AlphaGo atau apa pun itu sering timbul di TV.
Dal Mi : Do San kerja di bidang itu. Itu yang paling beken di bidang teknologi sekarang. Tahu hal yang lebih mengagetkan?
Halmeoni : Apa itu?
Dal Mi : Dia rendah hati. Dia tak angkuh sama sekali. Dia menyimak ceritaku, mengantarku pulang, dan menjagaku. Dia menyerupai malaikat. Tak perlu ada aturan agar baik.
Tapi Ji Pyeong bilang ke halmeoni jikalau Do San itu psikopat. Ji Pyeong bicara sambil bantuin halmeoni.
Ji Pyeong : Tak punya tenggang rasa atau emosi. Kupikir saya mengatakan dengan robot.
Halmeoni : Dal Mi bilang beliau malaikat.
Ji Pyeong : Itu sebab saya membantunya. Dia berbohong padahal tak sanggup tuntaskan itu. Aku berupaya sungguh keras untuk menutupi semua kebohongannya.
Halmeoni : Kau sudah berupaya keras. Kau laksanakan itu cuma untuk mempertahankan harga diri Dal Mi.
Ji Pyeong : Aku tidak ingin pamer, namun itu semua sungguh melelahkan. Sungguh.
Halmeoni : Ya. Kau sudah berupaya keras.
Ji Pyeong kemudian melongo dikala halmeoni bilang kata-kata Dal Mi.
Halmeoni : Dal Mi bilang Tuhan niscaya merasa bersalah sudah menghasilkan hidupnya tersiksa. Karena itu, Tuhan menampilkan kado kepadanya kemarin. Dia bilang akan terus ingat hingga beliau bau tanah nanti. Semua menyerupai mimpi.
Ji Pyeong yang tadinya agak melongo mendengar itu, kemudian menjawab.
Ji Pyeong : Berlebihan. Itu cuma sehari.
Halmeoni : Ini semua berkatmu.
Ji Pyeong : Ke depannya mengkhawatirkan. Dia akan secepatnya tahu bahwa hidup Nam Do San menyedihkan.
Halmeoni kemudian minta Ji Pyeong berhenti membantunya kerja. Dia juga minta Ji Pyeong berhenti cemas.
Halmeoni : Kau kerja saja. Aku akan urus semua sendiri.
Padahal Ji Pyeong masih mau menolong halmeoni.
Ji Pyeong kemudian tanya halmeoni mau bagaimana.
Halmeoni bilang beliau mau mengakui semuanya. Mulai dari surat artifisial hingga memerintahkan Do San akting. Halmeoni bilang Dal Mi gak sanggup terus bermimpi.
Ji Pyeong kaget, apa?
Bersambung ke part 3…